indische' voice

indische' blurbs on -
just about anything.

Monday, May 31, 2004

Hidup Secukupnya
Oleh: Gede Prama

Pemburu-pemburu kenikmatan. Mungkin itu sebutan yang tepat bagi tidak sedikit orang yang hidup di zaman modern ini. Mereka yang mempercayai kapitalisme sebagai mesin pendorong peradaban, malah menyebut kenikmatan sebagai awal dari pertumbuhan dan kemajuan. Kalau tanpa kenikmatan, bukankah semuanya jadi tidak hidup dan stagnan? Demikianlah kira-kira pertanyaan awal mereka dalam melakukan pencaharian. Dari sinilah kemudian lahir setiap hari jutaan pemburu kenikmatan. Ada yang memburunya melalui jalur seks. Ada yang mencarinya melalui hobi seperti motor gede, mobil built up, main golf, rumah mewah secara amat berlebihan. Ada yang mengejarnya melalui tangga-tangga kekuasaan. Serta masih banyak lagi yang lainnya. Digabung menjadi satu, benar kata kaum kapitalis, kenikmatanlah awal dari kemajuan dan pertumbuhan.

Bukan kapasitas saya untuk meninjau persoalan ini secara ekonomi maupun sosiologi. Sebagaimana biasa, saya akan mengajak Anda berefleksi atau bercermin. Bukan untuk membenarkan atau menyalahkan kehidupan seperti ini, namun untuk menarik garis merah kehidupan ke depan dari sini. Dalam sebuah perjamuan makan malam di hotel Borobudur beberapa waktu lalu, saya tumben bertemu es puter yang pas di selera. Karena sudah lama tidak makan es model terakhir, maka ada nafsu untuk memakan sepuas-puasnya. Dan lupa kalau memiliki penyakit maag. Tidak lama kemudian, penyakit maag datang menyiksa tidak kurang dari tiga hari. Seorang sahabat bertutur tentang nasib keponakannya. Dengan latar belakang masa muda yang demikian ketat, maka begitu orang tuanya meninggal hampir semua kenikmatan - terutama kenikmatan seks - dikejarnya habis-habisan. Tidak lama kemudian, tidak hanya sekolahnya yang berantakan. Diapun mulai kena penyakit seks yang amat menakutkan.

Sebenarnya masih ada banyak sekali cerita sejenis dengan makna serupa. Yang jelas, segala bentuk kenikmatan yang datang dari luar - entah makanan, seks, harta dan lain-lain - memerlukan kesiapan badan dan jiwa. Di tingkat yang tepat (tidak kurang dan tidak lebih), kenikmatan dari luar tadi menjadi sahabat. Di tingkatan yang tidak tepat - apa lagi amat berlebihan - maka dia menjadi musuh yang amat berbahaya. Bagi Anda yang suka sekali nasi goreng, makanlah sepuluh piring. Pencinta sate kambing, makanlah seribu tusuk. Dengan semua langkah ini, bukankah neraka langsung menghadang di depan mata?

Sebagai ilustrasi lain, lihat saja sendiri, bagaimana banyak orang kaya dijebak dan dibuat menderita oleh kekayaannya. Harta yang berlimpah memproduksi ketakutan akan kehilangan yang bisa membuat insomnia. Asuransi kehidupan yang menggunung membuat sejumlah orang tua mencurigai anak-anaknya. Sisa harta kehidupan yang melimpah (baca: warisan) tidak jarang membuat anak cucu pecah berantakan. Demikian juga sebaliknya. Orang yang teramat miskin juga dibuat menderita oleh kemiskinan. Kelaparan, kekurangan gizi, penyakit hanyalah sebagian saja dari perangkap-perangkap kemiskinan yang mencelakakan. Belajar dari sini, penting dan teramat penting untuk sesegera mungkin menemukan titik cukup dalam kehidupan. Titik ini memang tidak absolut, bisa diperdebatkan, dan berbeda dari satu orang ke orang lain. Makanya ada pertanyaan yang berbunyi: when is enough enough?

Entah bagaimana Anda menemukan hidup yang cukup. Bagi saya, kata kuncinya ada pada pengeluaran. Sebab, dia lebih controlable dibandingkan dengan pendapatan. Dengan prosentase pengeluaran yang tidak boleh lebih dari lima puluh persen dari pendapatan, siapapun akan aman secara keuangan. Garis pembatas cukup, dalam kehidupan saya adalah setengah dari pendapatan tadi. Sisanya, kami sisakan untuk persiapan hari depan. Ada juga rekan yang bertanya tentang godaan untuk tidak melebihi limit lima puluh persen. Godaan sebenarnya bukan datang dari luar, tetapi seberapa cermat kita menjaga 'jendela-jendela' hawa nafsu. Mata, mulut, hidung, telinga, perasaan adalah jendela-jendela hawa nafsu yang sebaiknya kita jaga secara cermat.

Sebagai ilustrasi saja, saya dan keluarga mengurangi untuk datang ke pameran-pameran yang barangnya tidak kami butuhkan sekarang-sekarang ini. Ia hanya menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru yang membuat kami berhitung, untuk kemudian menyimpulkan bahwa uang tidak cukup. Saya mendidik diri untuk tidak membandingkan diri dengan teman maupun tetangga. Anak-anak kami didik sejak awal untuk hidup lentur. Ketika hidup naik, kita nikmati kenikmatan hidup di tingkat yang lebih tinggi. Demikian juga kalau sebaliknya. Dan yang paling penting, sesering mungkin mengatakan cukup pada jumlah uang yang kami miliki. Awalnya memang tidak mudah. Namun dengan sedikit kesabaran dan disiplin diri, serta komitmen bersama, sinyal-sinyak hidup secukupnyapun cukup sering datang dalam kehidupan kami.

Mirip dengan tanaman, pupuk yang terlalu banyak bisa membuat dia mati. Tidak pernah diberi pupuk juga bisa membuatnya mati. Kadar pupuk yang cukup amatlah penting dalam hal ini. Kita manusia juga sama. Kekayaan dan kekuasaan yang kita kejar dengan kerja amat keras, menguras banyak energi, bahkan menanggung resiko sakit sekalipun, eh setelah kita peroleh ternyata hanya menciptakan racun dan petaka baru. Bukankah hidup akan penuh dengan kesia-siaan, kalau setelah berlari kencang amat jauh menghabiskan keringat, ternyata garis finishnya hanya sebuah tiang gantungan?

Friday, May 28, 2004



Three-year-old dies from obesity
http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/3752597.stm

Heart failure, caused by obesity, has killed a child aged just three, it has been revealed.

The shocking case was highlighted in a scathing report on obesity by MPs which says too little has been done to tackle the epidemic.

The case was revealed by doctors at the Royal London Hospital.

Specialists there have also seen four children "choked by their fat" who need breathing assistance to treat sleep disorders caused by blocked airways.

The Commons Health Committee warned that obese children could become the first generation to die before their parents.

The report warns obesity has grown by almost 400% in 25 years, with three-quarters of adults now overweight or obese.

England has the fastest growing obesity problem in Europe, with childhood obesity tripling in 20 years.

'Devastated'

Dr Sheila McKenzie, a consultant paediatrician at the Royal London, told the Health Select Committee: "In the past two years one child at the age of three has died of heart failure secondary to extreme obesity."

She said the four cases of sleep apnoea that she had seen could be indicative of further cases.

The condition occurs when the airways become blocked by folds of fat.

"In other words, they are being choked by their own fat," she added.

"Were we able to study all severely obese children, I am confident we would identify many more with obstructive sleep apnoea."

The Daily Mail reported that the three-year-old who died of heart failure was a Bengali girl from east London who should have weighed around 2st 4lb (14.5kg), but instead had a Body Mass Index (BMI) which equated to around 6st (38kg).

BMI is calculated by dividing weight in kilograms by the square of your height in metres.

Dr Nigel Meadows, a consultant paediatrician at the Royal London Hospital, told the newspaper: "It was a shocking case.

"You don't imagine your kid is just going to die of obesity. The parents were devastated.

"Some may say the parents are responsible, but if a child is demanding food it can be very difficult to refuse it."

Doctors at the hospital also reported many young patients had abnormally high insulin levels, an indicator for Type 2 diabetes, which is related to obesity.

Targeted marketing

Dr Tim Barrett, of Birmingham Children's Hospital, told the BBC: "Our clinics are currently being flooded out with overweight children.

"At the moment, we haven't got adequate treatments at all. We need to set up specialist clinics for them."

David Hinchliffe, chairman of the committee, said: "We were all shocked when we heard about the young girl.

"I see in my constituency children who are grossly obese, but to hear of a girl dying from heart failure was shocking."

He added: "It was the first situation of its kind we had come across but we feel it may become a more serious consequence of obesity in the future."

The committee's report attacked the government, NHS, the food industry and advertisers for failing to do enough to address the growing problem of obesity.

It made almost 70 recommendations about what should be done, focussing on the importance of ensuring children eat well and learn about nutrition.

It also called for a voluntary industry ban on junk food ads to children, warning a statutory ban should be introduced if that failed.

http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/3752597.stm

Tuesday, May 25, 2004



More Men Stricken With Breast Cancer
By Holly VanScoy
HealthDay Reporter

MONDAY, May 24 (HealthDayNews) -- Breast cancer in men has increased significantly over the past two and a half decades, a new study finds.

Although the rise is nowhere near as dramatic as the increase for women over the same period of time, the researchers found that the number of cases rose from 0.86 to 1.08 cases per 100,000 men. They also found that men were typically diagnosed at a later age and at a later stage of the disease than women.

Still, male breast cancer remains uncommon, representing 0.6 percent of all breast cancers and less than 1 percent of cancers in men.

The study, by researchers at the University of Texas M.D. Anderson Cancer Center in Houston, was led by Dr. Sharon Giordano, an assistant professor of breast medical oncology. It appears in the May 24 online edition of the journal Cancer.

"Because it is so rare, we haven't had good information about male breast cancer epidemiology, treatment or prognosis, Giordano said. "We had not even been able to determine previously whether the disease presents the same way in both sexes. Our examination and analysis of the National Cancer Institute's data from 1973 to 1998 has helped fill in some of those gaps in our knowledge."

The study showed that men tend to be diagnosed on average at age 67; women are diagnosed, on average, at 62. It also found that hormone status and tumor severity were not independent predictors for survival in men.

In addition, men were more likely to be diagnosed with breast cancer in their auxiliary lymph nodes and with estrogen and progesterone receptor positive tumors.

The study did not provide any clue about why male breast tumors are on the rise. But other medical experts have some ideas.

"There are at least three factors that could be associated with the increase observed," said Dr. Alison Estabrook, a breast surgeon at the Comprehensive Breast Center at St. Luke's-Roosevelt Hospital in New York City. "The first is an increase in carcinogens in the environment; the second is more awareness that males can have this type of cancer leading to more such diagnoses; and the third is the current epidemic of obesity."

Estabrook explained that increases in body fat are associated with increases in circulating estrogen, a factor associated with the development of breast cancer in both men and women.

About 1,500 men are diagnosed with breast cancer and about 400 die from it in the United States each year, said Dr. Kathleen Wilson, senior internal medicine specialist at the Ochsner Clinic Foundation in New Orleans. There is one breast cancer case diagnosed in men for every 150 in women, she said.

"Men whose families carry the breast cancer gene and have a strong family history of female breast cancer have a higher risk," said Wilson. "And men with low testosterone levels may also be at greater risk, including men with Klinefelter syndrome who have an XXY instead of the more usual XY chromosome pattern."

In her experience, breast cancer diagnosis in males usually occurs after a man finds a breast lump or experiences breast or chest wall pain, dimpled or retracted breast tissue, or nipple discharge.

"I routinely examine the breast tissue of men during their physical exams," Wilson said. "I also recommend that my male patients do regular breast self-exams while showering. Screening mammograms are not recommended for men because of the rarity of this cancer, but mammograms and biopsies are used diagnostically in men once a lump is discovered."

The recommended treatment for male breast cancer is modified radical mastectomy surgery, Wilson said.

"The lumpectomy used in women is not practical because there is so little breast tissue in men," she added. "Lymph nodes under the arm are sampled or a PET scan can show if there is cancer outside of the breast."

Men's breast cancer responds as well to treatment as women's breast cancer if the cancers are the same size and have affected the same number of lymph nodes, Wilson said.

"It was previously thought that breast cancer in men was worse than breast cancer in women, but that is probably because the cancers in males are diagnosed in a late stage because no one suspects them," she said.

[source]

Wednesday, May 19, 2004



Legenda Perang Troya. Benarkah ada?

http://www.bbc.co.uk/science/horizon/2004/troyqa.shtml
http://www.bbc.co.uk/science/horizon/2004/troytrans.shtml

http://www.sisantours.com/troy.html
http://www.kusadasi.com/troy.html
Troy in Layers

Friday, May 14, 2004

Abah, kembalikan tangan Ita.........

ingatlah....semarah apapun, jgnlah bertindak keterlaluan..............

kepada semua parents,

Sebuah kisah untuk dijadikan pengalaman dan pengajaran...... Sebagai ibu kita patut juga menghalang perbuatan suami kita memukul especially

pada anak2 yg masih kecil dan tak tau apa2. Mengajar dgn cara memukul bukanlah cara terbaik, mungkin sudah sampai waktunya untuk badan2 kebajikan educate org M'sia untuk praktikkan konsep 'time out" jika anak2 buat salah. rgds.kay


Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar - meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah semasa keluar bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun. Bersendirian di rumah dia kerap dibiarkan pembantunya yang sibuk bekerja bermain diluar, tetapi pintu pagar tetap dikunci.

Bermainlah dia sama ada berayun-ayun di atas buaian yang dibeli bapanya,ataupun memetik bunga raya, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dia pun mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan tetapi kerana lantainya terbuat dari marmer,coretan tidak kelihatan. Dicobanya pada mobil baru ayahnya. Ya... kerana mobil itu bewarna gelap, coretannya tampak jelas. Apa lagi kanak-kanak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu bapak dan ibunya bermotor ke tempat kerja kerana macet ada perayaan Thaipusam.

Setelah penuh coretan yg sebelah kanan dia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari si pembantu rumah.

Pulang petang itu, terkejut pasangan itu melihat kereta yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini?"

Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan 'Tak tahu... !" "kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Ita yg membuat itu abahhh.. cantik kan!" katanya sambil memeluk abahnya ingin bermanja seperti biasa. Si ayah yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon bunga raya di depannya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa terlolong-lolong kesakitan sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya. Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan.

Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa?. Si bapak cukup rakus memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri anaknya. Setelah si bapak masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah.

Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dia ikut menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan saat luka2nya itu terkena air. Si pembantu rumah kemudian menidurkan anak kecil itu. Si bapak sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah.

Keesokkan harinya, kedua-dua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu. "Oleskan obat saja!" jawab tuannya, bapak si anak. Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si bapak konon mau mengajar anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Ita demam"... jawap pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol ," jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Ita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lg pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Ita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 siap" kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Doktor mengarahkan ia dirujuk ke hospital kerana keadaannya serius. Setelah seminggu di rawat inap doktor memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan.." katanya yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong kerana gangren yang terjadi sedah terlalu parah.

"Ia sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu dipotong dari siku ke bawah" kata doktor. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan. Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si bapak terketar-ketar madandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang suntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga heran2 melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.

Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.

"Abah.. Mama... Ita tidak akan melakukannya lagi. Ita tak mau ayah pukul. Ita tak mau jahat. Ita sayang abah.. sayang mama." katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.

"Ita juga sayang Kak Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuatkan gadis dari Surabaya itu meraung histeris.

"Abah.. kembalikan tangan Ita. Untuk apa ambil.. Ita janji tdk akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana Ita mau bermain nanti? Ita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi," katanya berulang-ulang. Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia dapat menahannya.

*"jika tidak dapat apa yang kita suka...belajarlah utk menyukai apa yang kita dapat.."

* SoMeTiMeS GoOd PeOpLe Do EvIl ThiNgs....

Wednesday, May 12, 2004



Using Caffeine The Wrong Way?
NEW YORK, May 12, 2004

(CBS) There may be a better way of utilizing caffeine to stay awake and alert, according to a new study.

Researchers from Rush University Medical Center, Brigham and Women's Hospital and Harvard Medical School say they discovered low doses of caffeine throughout the day is more effective than the traditional method of having a large dose in the morning.

The Early Show medical correspondent Dr. Emily Senay is scheduled Wednesday to explain the results of the study and discuss its implications.

The study discovered that caffeine works by thwarting one of two interacting physiological systems that govern the human sleep-wake cycle. The researchers reported in the journal Sleep that shift workers, medical residents, truck drivers and others who need to stay awake are better serve by low doses of caffeine to get a bigger boost from their tea or coffee.

Senay explains the caffeine taken in a large amount in the morning may be useless in keeping a person alert for the entire day.

The research, which was funded by the United States Air Force Office of Scientific Research, wanted to examine how military pilots dealt with work duty hours that went longer than 16 hours and at night. The study kept the subject awake for 28 hours and they sleep for 14 hours.

Subjects who took the low-dose caffeine performed better on cognitive tests. They also exhibited fewer accidental sleep onsets compared to placebo subjects.

[source]