indische' voice

indische' blurbs on -
just about anything.

Tuesday, May 31, 2005

Meneropong Sifat Pria Dalam 10 Menit

Anda bisa menilik sifat pria dalam perjumpaan 10 menit pertama perbincangan, demikian kata pakar relationship Steve Nakamoto, penulis Men Are Like Fish: What Every Woman Needs to Know About Catching a Man.

Penasaran seperti apa? Ini dia 10 tanda diantaranya:

1. Pria yang suka olahraga solo, seperti perenang atau pelari, sangat membanggakan kemandiriannya dan memilih menghabiskan waktunya sendiri berlama-lama

2. Pria yang suka olahraga berkelompok, seperti sepak bola, basket dan bisbol cenderung kompetitif dalam segala aspek kehidupannya dan mereka ini suka menggantungkan diri dengan kelompoknya

3. Bagi pria yang tak suka olahraga, dia adalah pemikir yang merdeka biasanya punya sisi sensitif

4. Seorang pria yang berteman dengan orang yang sama sejak dia berusia 10 tahun, dipastikan memiliki sifat setia yang kuat. Tapi hati-hati, siapa tahu dia kurang suka perubahan, kata pakar kencan Liz H. Kelly, penulis Smart Man Hunting. Jangan lupa bersabar, sebab butuh waktu lama untuk mendapatkan kepercayaan pria jenis ini.

5. Jika kencan Anda adalah pria yang datang dari area gym, universitas, atau kantor, jangan takut mengajaknya menemani ke pernikahan sepupu. Mereka ini tak punya masalah untuk mengenal orang baru dan bisa beradaptasi dengan mudahnya terhadap situasi baru.

6. Pria yang suka menggesek kartu kredit/debit, menandakan dia ambisius dan percaya diri dan akan mencapai tujuan keuangannya dengan pasti, kata Rob Ronin, Psy.D., psikolog dan juga konsultan keuangan.

7. Jika si dia selalu membayar dengan uang tunai, dia cukup percaya diri dan independen.

8. Jika dompetnya kering, bisa jadi dia menggantungkan orang lain untuk mengurus dirinya.

9. Jika dia suka berjudi, dia adalah seorang risk taker, yang menganggap hidup ini adalah kesenangan semata. Tapi rasa optimisme di atas rata-rata membuat pria ini sulit menghadapi kenyataan, kata Mitchell Parks, M.D., seorang asisten guru besar psikiatri di Vanderbilt University, Nashville.

10. Perokok bak lokomotif cenderung gelisah dan penggugup, kata Dr.Parks, jadi agak sulit menjadikannya sebagai sandaran.

Friday, May 27, 2005

Ada yg bosan dg gaji kecil?
Jadi pembantu aja!



Buat yang tinggal di Jakarta, tesnya tgl 3, 8 sama 18 Juni.
~~~~~~~~~~

Di usianya yang mendekati 35 tahun, aktor ganteng Ari Wibowo, bukannya
mencari calon istri, malah sibuk mencari pembantu. Ari yang selama ini
tinggal di apartemen berencana pindah rumah. Kini, rumahnya hamper siap
ditempati, dank arena itu, Ari butuh orang yang mengurus rumahnya nanti.

"Karena saya tingal sendiri, saya butuh pembantu. Tadinya di Apartemen,
saya tidak butuh pembantu, bisa mengerjakan semuanya sendiri, karena
apartemen kan kecil", ungkap Ari saat ditemui Warta Kota seusai syuting
sinetron Dia di kantor MD entertainment Tanah Abang III, Senin (23/5).

Niatan Ari mencari pembantu inilah yang kemudian memunculkan gagasan dari pihak MD untuk menggelar Reality Show Ari Mencari Pembantu "MD nawarin, gimana kalau mereka yang nyariin sekalian bikin reality show", kata Ari. Tentu saja Ari menyambut gembira ide ini." saya senang sekali, ini kebanggaan buat saya, memiliki pembantu terbaik dari sembilan kota (tempat audisi). Dan, ini kebanggaan buat si pembantu juga dooong", katanya.

Bagaimana si pembantu terbaik itu tidak senang, gaji yang dijanjikan pihak MD Rp.10 juta/bulan. "Pembantu ini akan di umah saya dalam waktu setahun dengan gaji yang besar. Jadi di jamin, dalam setahu, uang sejumlah Rp. 120 juta sudah di tangan. Asalkan nanti kalau sudah ngetop, dia jangan bertingkah. Saya juga berhak memecatnya kalau dia macam-macam," ujar cowok yang kemana-mana hobi naik motor gede ini. Bisa dipastikan, pemenang kompetisi ini hanya satu pembantu.

Kira-kira, si pembantu itu bakal ngerjain apa aja ya di rumah Ari? "Ya, sama seperti kerja pembantu pada umumnya, mengurus rumah, masak," ucapnya. Apa tidak repot mengurus rumah Ari sendirian? "Saya kan bukan artis Holywood yang rumahnya gede seperti istana. Kita juga manusiawilah., kasih dia waktu istirahat," janjinya. Jika acara ini sukses, apa Ari, dia mungkin bikin reality show lagi.

"Mungkin saya bikin Ari mencari satpam, atau Ari mencari sopir," ujarnya sambil tertawa. Ari senang karena ini ada misi mulianya. Kalau dibilang ikut-ikutan? "Reality show lagi in, memang iya kan? Tapi, selama ini belum ada yang buat kompetisi untuk pembantu," dalihnya.

Di acara ini, Ari hanya sebagai pemilik rumah, tidak menjadi juri. "Takut subyektif. Biar juri yang menilai. Tapi, syarat penilaian tetap saya yang menentukan, game - game selama karantina juga saya yang buat," ungkapnya.

Syaratnya gampang, peserta adalah warga Negara Indonesia dan berusia diatas 18 tahun.

Audiensi di 9 kota akan berlangsung di
Palembang (1 Juni 2005)
Jakarta (3,8,18 Juni 2005)
Yogyakarta (4Juni 2005)
Semarang (7 juni 2005)
Surabaya (9Juni 2005)
Bali (12 juni 2005)
Makassar (15 Juni 2005)
Bandung (22Juni 2005) dan
Medan (25 juni 2005).

Acara ini akan disiarkan di SCTV.
(yus)

Sumber Warta Kota, Rabu 25 Mei 2005

Thursday, May 19, 2005

A StarWars Virgin



Which one's Darth Vader again..?
EMMA COWING

LIKE A WEBBED toe or a third nipple, the fact that until last week I had never seen any of the Star Wars movies is not something I usually like to advertise. "You’re kidding!" people would always say, incredulous, if I dropped it into conversation. "How could you not have seen any of them?" Well, for a number of reasons. Because I don’t like sci-fi, for one. Because I don’t go to the cinema much, is another. Because I’d rather spend two hours 11 minutes of my life alphabetising my sock drawer is a third, best-kept-to-myself response.

So, spending a significant part of the last seven days watching all six films in order to write this feature has been something of a mixed experience. I finally get those playground jokes about the Force being with us, and appreciate why a lightsaber is a really rather useful piece of equipment. I know the difference between Jabba the Hutt and Yoda, and have developed a woeful little crush on a fresh-faced Harrison Ford long consigned to the annals of movie legends.

What has made the venture remarkable however, is not my being a Star Wars virgin until the age of 27, but the fact that, thanks to a preview screening of Revenge of the Sith last week, I have become one of the first people in the world to watch the series in its true chronological order, Episodes I-VI, without seeing any of them before.

For the uninitiated, it goes like this. George Lucas devised a futuristic multi-parted movie epic about the battle between good and evil, but started the series in the middle with Star Wars Episode IV. The film was later subtitled A New Hope. The three movies made between 1977 and 1983 made up the second part of the series and left audiences gagging to find out the back-story to the characters they’d come to love so much. In 1999 Lucas released The Phantom Menace - Episode I and followed it up three years ago with Attack of the Clones. Revenge of the Sith, or Episode III - released today - completes the circle, adding the final pieces to the puzzle.

But will future generations be able to pick it up at the DVD store and happily watch the series from beginning to end? Do the plot threads work, does it all make sense, and most importantly, is it enjoyable to watch? Well, yes and no.

It doesn’t help that, as every Star Wars fan will tell you, The Phantom Menace is the bad apple in the barrel. It’s tedious, full of clunky dialogue and towards the end I was edging perilously close to that sock drawer. It’s not a good start and you have to be pretty determined to want to explore further. Fortunately for those who do, Attack of the Clones is much better. The acting improves, there are some truly spectacular action scenes and you start to feel a real affinity for the story, and its main protagonists. Revenge of the Sith, I’ll tell you now, is in a class of its own - but more on that later.

The problem is that for people like me, there are some fairly hefty teasers scattered throughout Episodes I-III. "Why do I get the feeling you’re going to be the death of me?" Obi-Wan Kenobi says to Anakin in Attack of the Clones and, while those clued up on the story will nod sagely and think "gosh, old Ben sure was predicting the future there," we uninitiated types are left wondering whether this is a thunking great spoiler, or just another poorly scripted joke. There’s also an awful lot of people standing round and talking gravely about the future. "One day, this may happen," they say, which means, "one day, this will absolutely, most definitely happen". It’s distracting and, while evidently meant to keep the insiders (ie those who’ve already seen the original trilogy of ‘sequels’) on side, for the likes of me it just feels a bit mean.

Another annoyance in Episodes I-III is the lack of introduction to a number of characters. Who on earth is this small green thing with the ears and the speech impediment that everyone’s so reverential to in The Phantom Menace? I honestly had no idea, and it’s only near the very end of the film, and then only fleetingly, that someone mentions the name Yoda. There’s also no real explanation of what "the Force" is - again it’s presumed knowledge - and I had to wait until Episode IV for Ben Kenobi to spell it all out. (although to be fair, I’d kind of picked it up by then). It’s certainly possible to watch all three prequels without knowing the back story but, ultimately, it’s a bit like reading the page of a book with a corner ripped off. You get the gist of what’s going on, but you can’t help but feel there’s something missing. As you might imagine though, it’s the transition from Revenge of the Sith to A New Hope that’s the acid test. Having left the cinema that morning with the births of Luke, Leia and Darth Vader fresh in my mind, the £80 million worth of CGI special effects still sparkling in my retinas, it was with some trepidation that I settled down on my sofa to watch A New Hope. The outlook was good, at first. There were C3PO and R2D2 getting up to their old tricks, here was Darth Vader looking all mean and nasty - every inch the evil overlord the Revenge of the Sith sets you up to believe he is - and hey, here was Obi-Wan Kenobi! OK, he was called Ben now, and one couldn’t avoid the fact that he was Alec Guinness, not Ewan McGregor, but still, it was good to see him again.

The shift to 1970s effects are less of a problem than you might think too; after all, they’re not that bad. What was far more distracting were the plot holes. I cringed every time Luke eyed up Leia (his sister, though he doesn’t know it yet) and I was amazed that Obi didn’t recognise R2D2 after all they’d been through together.

There was no explanation of why Leia was a Princess. Integral characters in the first three episodes, such as Darth Sidious and Qui-Gon Jinn, seemed to have been forgotten completely and, by the end, I felt no further along in the actual Star Wars story. Instead, it felt like a rehash - albeit a better scripted one - of Anakin Skywalker’s early years in The Phantom Menace.

I held out more hope for The Empire Strikes Back, which people had told me was by far the best in the series. Nuh-uh. The whole "Luke, I am your Father" stuff is drawn out for roughly the time it takes an oak tree to grow to full maturity - intensely frustrating since, well, I already knew that, and it seems unbelievable that Darth Vader took so long to work the paternity out in the first place. After all, Luke does share the same surname as him. Chewbacca - for my money 100 times more annoying than Jar Jar Binks - has an irritatingly large role, and the initial scenes portraying Yoda as a foodgrabbing, incomprehensible pest don’t fit with the Yoda of the first three movies.

The thing is - and you knew I would get to it eventually - that I loved Revenge of the Sith. For my money it was by far the best film in the series. Brilliantly acted, amazingly shot, the true heart of the story in every sense. I wept buckets when Padmé died, and writhed in torment when Anakin lost his limbs. And this, ultimately, is the series’s problem. If you watch Episodes I-III first, your heart belongs to these three movies and their main protagonists. Luke? Leia? Han Solo? Who cares? I didn’t, and though I watched on through Ewoks, Han and Leia’s love affair and Jabba the Hutt with a detached interest, I was forever thinking of the wee boy Ani who grew up to become the man behind that big black mask, and the beautiful young senator he had once loved. By the end of Return of the Jedi, the only character’s fate I was interested in was Darth Vader’s.

Future generations will, of course, be able to watch the series in any order they choose, and will no doubt gain enjoyment from Lucas’s epic no matter which episode they watch first. Ultimately though, what Lucas has created is two spectacular, if flawed, trilogies. Bear that in mind and even the most hardened novice will find themselves falling for the story set a long time ago in a galaxy far, far away...

Wednesday, May 18, 2005

Ketika aku memohon



Ketika aku mohon kepada ALLAH kekuatan,
ALLAH memberiku Kesulitan agar aku kuat

Ketika aku mohon kepada ALLAH kebijaksanaan,
ALLAH memberiku masalah untuk kupecahkan.

Ketika aku mohon kepada ALLAH kesejahteraan,
ALLAH memberikan kapadaku Akal untuk berfikir

Ketika aku mohon kepada ALLAH keberanian,
ALLAH memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi.

Ketika kumohon kepada ALLAH sebuah cinta,
ALLAH memberiku orang-orang bermasalah untuk kutolong

Dan ketika aku memohon kepada ALLAH bantuan,
ALLAH memberiku kesempatan.

Aku tidak pernah menerima apa yang kuminta,
Tapi aku menerima apa yang kubutuhkan

Friday, May 13, 2005

Filosofi Kelinci dan Kura-kura



Filosofi Kelinci dan Kura-kura
==============================

Disuatu masa disuatu dimensi,kura-kura berdebat dengan kelinci mengenai siapa yang lebih cepat.

Akhirnya mereka memutuskan untuk adu lari dan sepakat jalurnya. Kelinci melesat ninggalin kura-kura. Setelah tahu kura-kura tertinggal jauh di belakang, kelinci mutusin untuk beristirahat sejenak sebelum lanjut lagi, "Ah,gue istirahat dulu, ntar klo si kura-kura dah deket baru gue lari lagi.". Kelinci duduk di bawah pohon (ga di atas pohon karena kelinci ga bisa manjat) dan akhirnya tertidur pules. Kura-kura akhirnya melalui kelinci yang sedang tertidur dan memenangkan adu lari. Akhirnya kelinci pun terbangun dan menyadari dirinya telah kalah.

Moral : alon-alon asal kelakon yg akan berjaya


Karena malu dan kecewa yang mendalam, kelinci melakukan Antisipasi Kegagalan (Root Cause Analysis). Ia yakin bahwa kekalahannya hanya karena ia terlalu percaya diri, ceroboh dan lalai. "Kalo kemaren gue ga macem2, ga mungkin gue kalah" pikir kelinci. Ditantangnya lg si kura-kura, "Hei kura-kura, sini loe... Gue ga trima loe menang kemaren, ayo kita lomba lagi, sekali ini pasti gue yang menang". Si kura-kura nyante aja ngejawab, "hayyuukk, siapa takut?". Akhirnya dimulai lomba, dan dari awal lomba kelinci melesat meninggalkan kura-kura dan terus berlari hingga ke garis finish. Beneran juga, kelinci yang menang.

Moral : Yang cepet dan konsisten selalu mengalahkan yg alon-alon asal kelakon.


Kura-kura panas, dan setelah dipikir-pikir baru nyadar klo dia ga bakalan bisa ngalahin kelinci dengan kondisi seperti itu. Ditantangnyalah kelinci adu lari lg ke suatu tempat. "Hei kelinci, ayo kita lomba lagi. Sekarang kita lewat jalan ini ke sana. Brani ga loe?" Ditantang seperti itu, kelinci langsung mau aja karna dah yakin dia yang bakalan menang, wong kemaren aja dia bisa menang. Lomba dimulai dan dengen kencangnya kelinci berlari meninggalkan kura-kura. "Yang penting gue jangan setop-setop, pasti gue menang." pikir kelinci.

Ndilalah, ternyata jalan di depan kelinci terhalang sungai. "Duh, gimana nih gue nyebrangin ni sungai? Gue ga bisa brenang lagi" termenung si kelinci mencari jalan menyebrangi sungai. Lama termenung, akhirnya kelinci melihat kura-kura dateng dan nyebur berenang di sungai, keluar lagi berjalan pelan menuju garis finish. Terpaku kelinci melihat kemenangan si kura-kura.

Moral : ketahuilah...jikalau punya kemampuan dan ubah keadaan sesuai kemampuan yang kita punya


Ngeliat si kelinci terpaku sedih, kura-kura pun menghampirinya dan bilang, "dah, jangan sedih, besok kita ulangin lagi, tapi kita bareng-bareng."

Esoknya, lomba dimulai lagi, tapi sekarang kelincinggendong kura-kura sampe tepi sungai. Kemudian gantian kura-kura menggendong kelinci menyebrangi sungai dilanjutkan kembali kelinci nggendong kura-kura sampe garis finish. Hasilnya mereka berdua lebih cepat sampai di garis finish.

Moral : pinter dan berkemampuan tapi ga bisa kerjasama bakalan percuma karena dengan kerjasama maka kekurangan akan dipenuhi oleh yg lainnya.


Hikmah dari semuanya:
1. yang cepat dan konsisten selalu mengalahkan yg alon-alon asal kelakon.
2. bekerjalah sesuai kemampuanmu.
3. kumpulkan sumber daya dan kerja sebagai tim selalu mengalahkan kelebihan pribadi.
4. jangan menyerah bila gagal.
5. berlombalah dengan situasi, jangan dengan saingan.

Thursday, May 12, 2005

Indonesian Fear Factor



Dengan Hormat,

Sehubungan dengan akan adanya program "RADIKAL" yaitu program reality show games / tantangan fisik dan mental di Trans TV, kami memberikan kesempatan untuk berpartisipasi sebagai peserta program tersebut, adapun kriteria yang kami tetapkan untuk dapat menjadi peserta yaitu :

· Pria / Wanita

· Sehat jasmani dan rohani

· Umur antara 16 - 35 tahun

· Bentuk dan ukuran tubuh proporsional

· Menyukai olahraga, terutama olahraga ekstrem

· Bisa berenang, tidak takut ketinggian

· Tidak Mempunyai penyakit / pantangan tertentu

· Good looking


Dalam program ini, para peserta reality show games / tantangan akan melakukan berbagai tantangan baik fisik dan mental untuk memperebutkan hadiah 20 juta untuk satu orang pemenang tiap episode. Berkaitan dengan hal tersebut, sekali lagi kami harapkan partisipasinya dan dapat mengirimkan biodata + foto terbaru (close-up & Full) ke :

Tim kreatif "Radikal" yang beralamat di
Gedung Trans TV lantai 8
Jl. Kapt Tendean Kav 12-14 A
Jakarta Selatan

E-mail ke
sucipto@transtv.co.id /
remila@transtv.co.id /
dedi.w@transtv.co.id /
radikal@transtv.co.id

Para calon peserta akan dipanggil untuk seleksi, untuk konfirmasi & informasi lebih lanjut, dapat menghubungi kontak person tim kreatif "Radikal" yaitu :

Remila : 0815-3322 0518
Sucipto : 0817-724 465
Dedi : 0815-8619 2322

Friday, May 06, 2005

Awaken after 10 yrs of comma!

Hehehe.. udah lama gak online nih.
Bingung mo nulis apa.
Jadinya pasang ini aja...

cheers!
-indy



'Miracle' firefighter received experimental drug treatment

BUFFALO, New York (AP) -- Day after day, Donald Herbert sat unmoving in a wheelchair, drooling and barely aware. For the once robust firefighter, 10 minutes without oxygen had turned into nearly 10 years without seeing or speaking.

His wife refused to give up. His doctor had an idea.

Certain medications had shown promise in Dr. Jamil Ahmed's more recently brain-damaged patients, drugs normally used to treat Parkinson's disease, attention deficit hyperactivity disorder and depression. He gave them to Herbert.

Three months later, on Saturday, something clicked in Herbert's brain. He started talking. Not only talking, his doctor said, but talking sensibly. Even making people laugh.

For the next 14 to 16 hours, until he fell into a 30-hour sleep early Sunday morning, Herbert chatted with his wife, Linda, his four sons and other family and friends, catching up on what he'd missed.

Miraculous?

more...